Jumat, 10 Oktober 2025

Hidupku Tanpamu

10.56.00 0 Comments

Hampa terasa hidup tanpa dirimu disisiku. Hati ini terasa kosong. Berangkat dan pulang kerja terasa sepi. Tiada yang mengantarkan sampai pagar ketika berangkat. Dan tiada yang menyambut dengan senyuman saat pulang. Aku kangen yank.... 

Sekarang aku berangkat kerja lebih pagi dari biasanya agar bisa mampir makammu. Mendoakan dan sekedar mengungkapkan rasa rinduku padamu.



Bukan hal mudah hidup tanpamu setelah hampir 22 tahun kita bersama. 






Jumat, 03 Oktober 2025

Ketika Hari itu Tiba

08.33.00 0 Comments

Saat hati, pikiran dan tindakan sudah bisa menerima dan terbiasa, ternyata saat itulah Allah berkehendak lain 😭

Innalillahiwainnailaihirojiun 



Allahu Akbar 

Lā haula walā quwwata illā billah, "Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT."


Hari itu, hari Ahad 28 September 2025. Tidak ada kejadian atau suatu tanda yang menunjukkan bahwa saya akan ditinggalkan suami untuk selamanya. 


Pagi itu suami tiba-tiba pengen nyuciin motorku. Suami memang lebih perhatian perihal kebersihan dibandingkan saya. Mungkin dia sudah risih liat motor dipakai setiap hari tapi jarang dicuci. Dengan segala keterbatasannya, suami beneran mencuci motorku dengan teliti. MasyaaAllah 



Setelah suami selesai nyuci motor, saya takziah ke tetangga sebelah rumah. Gak nyangka kalau besoknya jadi pada takziah kerumah saya. 


Sekitar siang jam 13.30 wib, saya mengantar suami terapi. Jadwal mingguan suami untuk fisioterapi. Tidak ada tanda-tanda apapun. Tensi dan sebagainya seperti biasa. Normal. Tidak berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Pulang terapi, juga tidak ada tanda-tanda apapun. 


Fisioterapisnya juga kaget saat saya kabari kalau suami saya meninggal dunia. Karena pas terapi siangnya masih sehat.


Semua berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang berbeda. Namun pada saat sudah tidur semua, saya terbangun karena mendengar suara napas yang tidak biasa dari suami. Langsung terbangun, mengecek kondisi suami, suami sudah menghembuskan napas yang terakhir. Dada dan perut sudah tidak naik turun. Nadi tidak teraba. Dengan stetoskop tidak terdengar suara napas maupun suara jantung dari dadanya. Ya Allah. Secepat itu Kau ambil suamiku. 

Innalillahiwainnailaihirojiun

Butuh beberapa saat hingga saya bisa mengatakan dalam hati, Saya Ridha ya Allah 😭🤲🏻

Semalaman saya menunggu jenazah suami. Wajahnya terlihat tenang seperti sedang tidur lelap. Sampai saya terpikir dia hanya tidur dan sebentar lagi akan bangun kembali. Namun saat pagi saya harus menerima kenyataan bahwa ini bukan mimpi. Ini kenyataan bahwa Allah telah memanggil suami saya pulang. Ya Allah. Kuatkan saya ya Allah. Sungguh ini bukan hal yang terpikir saat ini. 


Yang ada dalam pikiran saya adalah beberapa rencana karena melihat kondisi suami yang semakin membaik, salah satunya ingin mengajak suami ke teman-temannya untuk menjalin silaturahim kembali setelah sekian lama agak terputus saat suami sakit. Namun Allah ternyata berkehendak lain. Dan saat hari pemakamannya semua teman suamiku datang. Teman-teman Alumni Civil' 91 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Alumni SMAN 4 Solo angkatan '91, dan teman-teman Alumni SMP Negeri 2 Solo Esperro. MasyaaAllah. Mohon dimaafkan apabila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan saat berinteraksi bersama suami saya Rulendro Eko Mardono.



Alhamdulillah Allah mudahkan semuanya mulai dari pemulasaraan jenazah sampai dimakamkan. Terima Kasih atas semua dukungan, kehadiran dan doa dari keluarga dan teman-teman semua. Hanya Allah yang bisa membalas semua kebaikan keluarga dan teman-teman semua. 


Selamat Jalan Sayangku. 

I always love you and I Miss you now 😭 







Minggu, 22 Juni 2025

SAAT ITU

09.30.00 0 Comments

Maret tanggal 28 tahun 2023 sungguh bukan hari yang saya harapkan namun terjadi. Dunia terasa runtuh malam itu. Pada 6 Ramadhan 1444 H semua kehidupan saya langsung berubah. Berubah karena tiba-tiba malam itu suami tidak bisa bicara kemudian tidak sadarkan diri. 


Duduk mendampingi suami dalam ambulance yang meluncur ke IGD RS sungguh bukan hal yang menyenangkan. Hati dan pikiran sungguh kacau. Sebagai seorang profesional kesehatan ternyata tidak membuat kita bisa siap saat kejadian menimpa orang terdekat kita. Pikiran langsung kosong. BLANK. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. 


Sesampainya di IGD, harus menunggu beberapa saat sampai dilakukan pemeriksaan karena banyaknya pasien gawat di IGD malam itu. Saya sudah tidak bisa berpikir harus gimana. Hanya pasrah dengan apa yang dilakukan oleh petugas IGD. Alhamdulillah ada Ustadz dan beberapa sahabat yang membersamai malam itu. Ustadz langsung mengatakan SELALU BERPRASANGKA BAIKLAH PADA ALLAH. Kata-kata itu yang saya ingat selalu agar tidak berputus asa. Semua ketetapan Allah itu pasti baik. 


Namun saat mendampingi suami saat dirawat, tidak bisa dipungkiri bahwa saya cukup terpuruk juga saat mengetahui selama beberapa hari dirawat, suami belum juga bisa bicara dan masih belum bisa menggerakkan sebagian anggota tubuhnya. Saat itu juga saya langsung memutuskan untuk ambil cuti besar dari kantor untuk merawat suami. 


Bukan hal yang mudah merawat orang dengan stroke yang kesulitan bicara (afasia) dan lemah anggota tubuhnya sebelah kanan. Sebagai orang yang terbiasa bisa kemana-mana dengan bebas kemudian hanya berdiam diri di rumah karena suami tidak bisa ditinggal sendirian tanpa pengawasan sangat merubah diri. Merubah pola pikir. Merubah suasana hati. Merubah kebiasaan. Merubah segalanya. 


Rutinitas harian berubah. Seharian harus memperhatikan dan mengurus keperluan suami. Seminggu 2 kali fisioterapi. Seminggu 2 kali terapi wicara. Alhamdulillah mulai nampak perkembangan. Suami sudah mulai bisa aktivitas harian sendiri walaupun tertatih dan belum bisa menyampaikan secara verbal dengan baik. 




Setelah semua berjalan dengan baik. Suami sudah bisa ditinggal kerja seharian. Saya merasa suami sudah membaik, tiba-tiba suami mengalami kejang. Dan kejadian kejang berulang sehingga harus dibawa ke RS lagi. 



Sejak saat itu sampai hari ini masih harus kontrol ke RS, dan Fisioterapi. 




Jumat, 18 April 2025

KAMI AKAN SELALU ADA DI NADIMU

20.17.00 0 Comments



 Kala nanti badai 'kan datang
Angin akan buat kau goyah
Maafkan, hidup memang
Ingin kau lebih kuat

Andaikan saat itu datang
Kami tak ada menemani
Aku ingin kamu mendengar
Nyanyian ku di sini

Sedikit demi sedikit
Engkau akan berteman pahit
Luapkanlah saja bila harus menangis
Anakku, ingatlah semua
Lelah tak akan tersia
Usah kau takut pada keras dunia

Akhirnya takkan ada akhir
Doaku agar kau selalu
Arungi hidup berbalut senyuman di hati

Doaku agar kau selalu
Ingat bahagia meski kadang hidup tak baik saja

Nyanyian ini bukan sekadar nada
Aku ingin kau mendengarnya
Dengan hatimu bukan telinga
Ingatlah ini bukan sekadar kata

Maksudnya kelak akan menjadi makna
Ungkapan cintaku dari hati



Klik disini untuk lihat videonya ya


Senin, 31 Maret 2025

Tak Lagi Sama

07.31.00 0 Comments

Gema takbir berkumandang. Melangitkan Asma Allah. Mengagungkan Kebesaran Allah. Menandakan pergantian dari Ramadhan ke Syawal. Ramadhan yang telah kita jalani sebulan penuh telah berakhir berganti Syawal yang semoga menampakkan apa yang telah kita upayakan saat Ramadhan tidak berhenti namun makin meningkat seiring waktu dan semakin mendekatkan kita pada-NYA.


Riuhnya hari raya kali ini terasa sepi. Ini adalah kali pertama berhari raya tanpa mudik. Ini adalah kali pertama lebaran tanpa Mama. Semua terasa hampa. Kosong. Lebaran yang Tak Lagi Sama tanpa Mama. 


24 Februari 2025 pagi itu adalah hari yang tak terlupakan. Saat menerima telepon dari adik yang mengabarkan Mama telah tiada. BLANK. Hati langsung kosong bingung merasakan apa. Semua berlalu begitu cepat. Mama yang selama ini menjadi tujuanku pulang telah kembali pada-NYA. Mama yang selalu mengirimkan pesan WA atau telepon, sekarang sudah tiada. Sakit yang menghampiri Mama sekitar akhir Desember tahun lalu telah mengantarkan Mama pulang kembali pada-NYA.


Sebagai anak pertama dan satu-satunya anak perempuan sungguh saya merasa belum melakukan banyak hal untuk membahagiakan Mama. Begitu banyak hal yang belum dilakukan. Belum banyak kata yang tersampaikan. Belum banyak kata maaf yang terucap. Belum... Belum... Begitu banyak yang belum saya perbuat untuk Mama saya. Maafkan Atik ya Ma. Maafkan Atik ya Ma. Semoga Allah mengampuni hamba. Dan banyak doa dilangitkan untuk Mama. Semoga Allah pertemukan Mama dengan Papa disana. Semoga kita semua akan berkumpul di Surga kelak. Aamiin. 


Hampir 40 hari berlalu namun rasanya masih tidak percaya kalau Mama sudah tiada. Masih berharap bahwa ini semua hanya mimpi. Namun kenyataannya lebaran ini tanpa mudik itu sudah memberikan bukti bahwa memang Mama sudah tiada. Sudah tidak ada lagi tujuan saya untuk mudik karena sudah tidak ada lagi Mama yang bisa saya temui. 


Benarlah bahwa kita baru akan merasakan bahwa kita memiliki suatu yang berharga saat kita kehilangannya. Selama ini kita tidak menyadari bahwa kehadiran Mama sangat berarti bagi kita. Betapa banyak waktu yang tersiakan selama ini. Begitu banyak penyesalan yang muncul setelah semua menghilang. Namun penyesalan itu jangan sampai membuat kita melakukan hal yang Allah murkai. Jangan sampai penyesalan ini membuat kita semakin jauh. Semoga penyesalan ini bisa menjadi motivasi untuk berbuat lebih baik lagi dan berbuat lebih banyak untuk orang tua kita.


Bismillah. Ya Allah. Saya Ridho atas ketetapan-MU ini. Semoga Engkau mudahkan kami untuk bisa berbakti kepada orang tua kami yang telah tiada. 


Satu hal yang membahagiakan saat bertemu dengan orang yang berjualan keliling dan begitu tahu kalau Mama meninggal, dikatakan bahwa "umi orang baik. Umi sering beli ke saya." MaasyaAllah. Alhamdulillah. Semoga kebaikan-kebaikan yang Mama lakukan menjadi cahaya di alam sana. Aamiin.


Selamat jalan Mama. Semoga Allah lapangkan kuburnya. Semoga Allah ampuni segala dosa Mama dan Allah terima semua amalan Mama. Aamiin 


24 Februari 2025